Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Cerpen (Doa yang Mengancam)

              Ya Tuhan,bertahun-tahun aku berdoa pada-Mu, memohon agar Kau lepaskan aku dari kemiskinan yang sekian lama menjerat kehidupanku, tapi nyatanya sampai kini aku tetap miskin  dan bahkan bertambah miskin , hingga aku menganggap bahwa Engkau tak pernah mendengar doaku, apalagi mengabulkannya. Karena saat ini aku sudah tak punya  apa-apa lagi selain  badan dan sepasang pakaian yang  kukenakan, aku ingin memohon pada-Mu untuk yang terakhir kali.  Kalau sampai Matahari  terbit esok hari Engkau tak juga mengabulkan doaku, aku mohon ampun pada-Mu untuk yang terakhir pula, sebab setelah itu aku akan meninggalkan-Mu." Itulah doa terakhir Monsera, seorang penduduk miskin yang tinggal di pinggiran Kota Ampari, ibu kota negeri Kalyana.  Setelah itu ia menutup pintu rumah tempat tinggalnya, menguncinya dan menyerahkan kunci pada si empunya rumah yang telah berbu­Ian-bulan menagih tunggaka...

Cerpen (Persahabatan)

pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket. “Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku.  “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk.  “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal. “Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”,  “Iya tapi cepat ya” pintanya. Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku. “Wah dingin ya.” kataku pada temanku.  “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai.  “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya.  “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”,  “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya.  “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas.  “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah...

Cerpen (Nyanyian Hati)

Nyanyian Hati Sebuah nada khas berdering dari Hpku, nada khusus yang menandakan panggilan dari suamiku, aneh pikirku tak biasanya Abi meneleponku jam-jam segini, ternyata dia menelepon untuk mengajakku keluar, meski tidak jelas kemana tujuannya aku mengiyakan saja. Suamiku datang tepat setelah kuakhiri sholat maghribku, kulihat wajahnya tampak berseri-seri penuh semangat sampai-sampai dia seperti hendak berlari ketika menghampiriku. “ Ada apa sih Bi, tumben.. dandanan kamu rapi, hemmm…. harum banget”. “He he he…” “Jangan bilang kalo kamu mau menemui pacar kamu yah?”, tanyaku dengan pura-pura cemburu. “Emang iya, aku khan mau menemui pacar terhebatku”. “Oh ya, emang kamu sudah menemukan calon istri mudamu?, tanyaku menyelidik “Hemm…., ada aja, he he he…., sudah siap belom kamunya Mi?,” “Siap ?, siap apaan?, melamarkan wanita untuk jadi saudariku?”. Kuperhatikan lagi dengan seksama wajah suamiku, tapi tak kudapatkan jawaban yang kuharap-harapkan, suamiku hanya me...