Kumpulan Puisi Terbaik


D. Zawawi Imron


IBU


kalau aku merantau lalu datang musim kemarau             
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting                      
hanya mataair air matamu, ibu, yang tetap lancar mengali           

bila aku merantau                                                                    
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku                
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan         
lantaran hutang padamu tak kuasa kubayar                    

ibu adalah gua pertapaanku                              
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang            
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi                     
aku mengangguk meskipun kurang mengerti                  

bila kasihmu ibarat samodera                            
sempit lautan teduh                              
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri                      
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh               
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku                
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan                       
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu               
lantaran aku tahu                                              
engkau ibu dan aku anakmu                              

bila aku berlayar lalu datang angin sakal            
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal             
Ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala            
Sesekali datang padaku           
Menyuruhku menulis langit biru                          
Dengan sajakku                       

1966



W.S. Rendra

GUGUR

 

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
mautpun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata:


          “Yang berasal dari tanah
          kembali rebah pada tanah”

Tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
kerna kita punya bumi kecintaan

Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya
Bumi kita adalah tempat pautan yang syah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa

ia adalah bumi nenek moyang
ia adalah bumi waris yang sekarang
ia adalah bumi waris yang akan datang

Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Karena api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata
“Lihatlah hari telah fajar!”
Wahai bumi yang indah
Kita akan berpelukan buat selamanya

Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun akan berkata
--Alangkah gemburnya tanah di sini
Haripun lengkap malam
Ketika ia menutup matanya



Sapardi Djoko Damono5

SELAMAT PAGI INDONESIA


Selamat pagi Indonesia, seekor burung mungil mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku kepadamu
dalam kerja yang sederhana
bibirku tak bisa mengucapkan kata-kata yang sukar
dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal
selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membantu para pekerja jalanan,
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu,
kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya
aku pun pergi bekerja, menaklukkan kejemuan,
merobohkankan kesangsian,
dan menyusun batu demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu
pada setiap matahari terbit, o anak jaman yang megah,
biarkan aku memandang ke timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura
selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil
memberi salam kepada si anak kecil
terasa benar: aku tak lain milikmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karya Tulis Ilmiah (MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA...)

Makalah Tentang Pergaulan Bebas

Teks Pidato Bahasa Inggris (Say No To Drugs)